Siapa yang pengin masuk neraka? Bahkan, pemain debus asli Banten yang kebal sama api aja males buat mampir ke sana, padahal udah dikasih undangan tuh sama Dajjal disuruh ke rumahnya.
Sebagai backpacker, terkadang kita pun harus menghadapi neraka versi kita sendiri. Sesuatu yang kadang selalu bikin males pas kita lagi melakukan perjalanan, sesuatu yang selalu bikin gue pengin teriak kebosenan, sesuatu yang selalu bikin gue mikir: “Kenapa gue harus ada di sini?!” Sesuatu itu, apalagi kalau bukan transportasi yang bisa bikin kita stress, bisa bikin pegel-pegel badan, sampai bikin alat reproduksi kita tidak bekerja dengan baik.
Karena kita bukan Doraemon yang punya pintu ke mana saja, maka mau tidak mau kita harus menggunakan berbagai macam alat transportasi untuk menuju ke tujuan yang kita pengin. Nah, di sinilah permasalahannya. Untuk backpacker, kenyamanan itu nomor sekian. Tidur yang penting merem, transport yang penting nyampe, makan yang penting kenyang. Selesai!
Jadi saking pentingnya menghemat biaya perjalanan, kita diharuskan untuk mengenyampingkan kenyamanan. Prinsipnya, yang murah yang lebih diutamakan.
Pengalaman gue di berbagai tempat yang pernah gue kunjungi, Indonesia lah yang paling bikin kepala mau copot kalau masalah transportasi. Berbeda dengan negara-negara tetangga kita semacam Singapura, Malaysia atau Thailand yang transportasinya murah tapi nyaman. Singapura misalnya, di negara ini kita bisa muter-muter satu negara seharian doang karena selain negaranya memang kecil, Singapura juga punya transportasi yang memadai seperti MRT dan monorail, bus mereka pun punya jalur yang melewati hampir seluruh wilayah Singapura. Makanya, gue suka bilang, kalau Singapura ini adalah destinasi yang cocok buat yang mau belajar backpacking di luar negeri untuk pertama kalinya. Gak repot, soalnya.
Berbeda dengan Malaysia dan Thailand yang punya luas negara lebih besar dari Singapura, tapi transportasi yang dimiliki sama-sama nyaman dan memadai. Contohnya, mereka punya bus double decker yang murah sekaligus nyaman dan melayani hampir ke semua tempat-tempat pariwisata keceh.
Bagaimana dengan transportasi di Indonesia?
Mungkin beberapa pengalaman gue selama backpackingdi Indonesia bisa memberikan sedikit gambaran tentang kondisi transportasi yang kita punya.
Insiden Pencabulan
Pengalaman gue menggunakan transportasi darat di Indonesia sudah lumayan teruji. Waktu masih kecil, gue sekeluarga sering pulang kampung ke Palembang pakai mobil Kijang kotak warna hijau kesayangan bokap. Lintas Sumatera kami lewati dengan mudah. Tanpa kendala.
Perjalanan darat dari Bandung ke Bali pun udah pernah gue coba. Menggunakan kereta ekonomi menuju Surabaya, gue cuma nemuin kendala susah tidur doang gara-gara gerbong kereta penuh dengan tubuh-tubuh manusia yang tertidur pulas di lorong gerbong. Dari Surabaya ke Bali, gue melanjutkan menggunakan bus yang dua kali tidur aja udah bisa nyampe Bali. Intinya, lintas jawa: Gampang.
Perjalanan lintas Nusa Tenggara Barat pun gak luput gue coba. Dari Lombok menuju Sumbawa, gue menggunakan mobil Avanza. Walaupun cuaca di Nusa Tenggara Barat panasnya bikin pengin masuk kulkas, tapi jalanannya lumayan mulus dan gak terlalu ekstrim. Jadi bisa dibilang perjalanan lintas Nusa Tenggara Barat gue waktu itu, gak terlalu bikin stress.
Pengalaman gue lintas Jawa, lintas Sumatera dan lintas Nusa Tenggara Barat yang lumayan mudah itu sangat berbanding terbalik dengan pengalaman gue pas lintas Kalimantan Timur. Waktu itu gue jalan dari Samarinda ke Berau! Mungkin perjalanan darat lintas Kalimantan Timur inilah yang paling menyisakan trauma di kepala gue sampai saat ini.
Kemalangan terjadi bukan cuma di perjalanan. Dari awal keberangkatan gue udah disuguhi cerita yang gak enak sama supir travelyang bakal nganter gue ke Berau, “Kemarin, ada temen saya yang mobilnya masuk jurang pas mau ke Berau,” ucap Si Supir ngepet tanpa basa basi, tampangnya juga nggak nunjukin ekspresi apa pun! Seakan-akan masuk jurang adalah hal yang biasa di Kalimantan.
Walaupun gue merinding, walaupun nyawa taruhannya, perjalanan mesti berlanjut!
Menggunakan mobil Daihatsu Luxio yang berkapasitas 7-8 orang, secara tidak manusiawi, supirnya mengangkut 10 orang penumpang. Ditambah barang bawaan mereka yang terdiri dari koper, tas ransel, kardus-kardus, dan dua karung beras super gede. Barisan depan yang seharusnya cuma untuk 2 orang, dijejali jadi 3 orang. Gue terpaksa duduk manis di antara supir dan bapak berbadan gempal. Merasakan duduk dengan posisi setengah pantat di jok dan setengah lagi di rem tangan adalah pengalaman yang lebih mengerikan daripada diperkosa bencong.
Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ saja. Baru jalan 30 menit, Si Supir mampir dulu ke sebuah rumah yang gue sinyalir adalah rumah dari pemilik travel bangke ini.
“Yah, turun dulu semua,yah…,” perintah si supir.
Gue yang kebingungan langsung bertanya ke si supir, “Lah, kenapa kita disuruh turun, Bang?”
“Sudah, turun aja dulu, Dek. Kita mau angkut penumpang lagi, sama barang-barangnya ini. Kita atur-atur dulu, lah,” kata supir dengan wajah tak berdosa.
“HAH?! NGANGKUT PENUMPANG LAGI, BANG?” gue histeris. Para penumpang lain pun ikutan marah-marah. Gue yakin mata Si Supir udah picek. Gak liat apa nih dalem mobil udah kayak tumpukan ikan sarden.
Tapi, penumpang gak bisa ngapa-ngapain lagi. Selain travel yang mengantarkan ke Berau memang jarang, kalau pun kita pindah, kondisinya bakal sama aja kayak begini. Kita cuma bisa pasrah.
Nangkring dulu -___-" |
Setelah lumayan lama menunggu, ada dua mobil Xenia lagi muncul dengan penumpang yang sama-sama penuh dan kemudian para penumpangnya juga diturunkan di rumah si bos travel. Ternyata, dua mobil Xenia itu pun satu perusahaan travel sama mobil Luxio yang gue pakai. Dari nguping obrolan para supir dan bosnya, akhirnya gue tau kenapa kita dikumpulkan di sini.
Dari tiga mobil yang penuh ini, mereka mau mengangkut semua penumpang dengan dua mobil saja. Biar hemat bensin, katanya. Itulah kenapa satu mobil Xenia yang baru datang tadi langsung disuruh pulang. Gue langsung membayangkan, mobil gue yang tadinya udah penuh banget sama 10 orang, bakal dijejali lima orang lagi. Yang berarti satu mobil isinya 15 orang! Sumpah, ini tidak manusiawi sama sekali. Gue pengin banget gigitin ban mobil mereka ampe meledak.
"BRAK!" kedengaran suara pintu mobil dibanting, ada seseorang yang ngamuk!
Dan cerita pun bersambung...
Jadi, gimana kelanjutan cerita neraka transportasi ini? Tunggu aja ceritanya di postingan selanjutnya okay, ciao!