Kuda-kuda berlomba di lintasan, saling mengejar bahkan nyaris bersenggolan |
Perjuangan di start awal yang sangat sengit |
Mas Joni Trisongko, dan mas Fahrul Marto yang punya hajat mengajakku menonton pacuan kuda di Babau saat ketemu di pameran Matahati. Saat itu tujuan kita sama, mau menghadiri sesi seminar dengan salah satu travel photographer yang sudah terkenal: Valentino Louis. Kalau kalian mau berkenalan dengannya bisa akses blognya di Wanderer in Wonderworld. Aku sama sekali tidak tau kalau di daerah Babau sudah dijadikan tempat penyelenggaraan pacuan kuda tahunan. Tentu saja kesempatan itu tidak aku sia-siakan, setidaknya membayar kegagalanku menonton pacuan kuda di Sumba Timur.
Kuda-kuda melesat begitu cepat |
Sebuah tribun tunggal aku akan berpikir dua kali untuk duduk di atasnya pelahan-lahan mulai dipenuhi para penonton. Pikiranku tentang tribun penonton itu sama dengan pemikiran teman-teman lain. Walaupun baru, tapi bentuk dan material yang tampak seperti itu tidak pas untuk menjadi tribun, bahkan aku berpikir, mungkin sebuah angin dan hujan kencang beberapa kali saja akan dengan mudah merontokkan tribun yang berdiri dengan dua tiang penyangga kecil untuk atapnya. Lintasan pacuan kuda pun adalah bangunan sementara yang dibatasi dengan pagar dari bambu campur kayu. Lagi-lagi aku berpikir, seekor kuda yang keluar arena dan menabrak pagar pembatas itu pasti akan dengan mudah merusakkannya. Mas Joni pernah bilang, dulu pernah ada kejadian kuda yang saat di tikungan tidak bisa dikendalikan sehingga berlari lurus dan menabrak pagar kayu pembatas.
Anak-anak, menonton dari atas bak truk kuda |
Debu beterbangan di sepanjang arena pertandingan |
Sayangnya, sepertinya pertandingan kuda tahunan ini belum berhasil banyak menarik minat penonton dari luar daerah walaupun ajang pacuan kuda ini telah dijadikan salah satu destinasi wisata bagi Pemerintah Kabupaten Kupang. Entah ketidak seriusan menggarap potensi wisata ini ataukah kurangnya promosi yang baik, karena selain penonton yang sebagian besar penduduk lokal dan penonton non lokal rata-rata mengetahui ajang pacuan kuda ini dari cerita teman lainnya yang telah terlebih dahulu tahu tentang pacuan ini. Bahkan fasilitas untuk menikmati pacuan kuda ini terbilang masih minim sekali.
Dan lagi-lagi pemandangan sampah masih menjadi pemandangan yang jamak yang aku lihat di setiap lokasi yang menjadi pusat keramaian. Botol-botol air mineral dibuang bahkan sampai ke dalam lintasan pacu oleh penonton yang tidak peduli akan kebersihan.
:: Daerah Babau adalah salah kelurahan yang masuk ke dalam kecamatan Kupang Tengah, yang berjarak kira-kira 30 km dari Kota Kupang dengan jarak tempuh tak lebih dari 30 menit jika kondisinya lancar ke arah SoE dengan kondisi jalan mulus (jalan negara). Pertigaan persis sebelum Polres Kabupaten Kupang masuk ke dalam sekitar 2 km dengan kondisi jalan tanah putih masuk ke daerah Lifu Batu.