![]() |
Pantai Maimol siang hari yang sedang berawan |
Dengan motor pinjaman, akhirnya kita milih untuk melengkapi jejak jalan kita mengelilingi kepala Alor. Jika kalian lihat Alor di peta, di pulau Alor ada bagian besar yang disebut badan dan bagian kecil di sisi atas yang disebut kepala. Di kepala bagian bawahnya itulah terletak kota Kalabahi, terletak ke dalam teluk (bagian leher pulau Alor) yang disebut dengan nama teluk Mutiara. Karena sebelumnya kita sudah melakukan perjalanan ke arah barat ke Alor kecil, hari itu aku dan Arif memutuskan mengelilingi dari sisi Timur sampai ke bagian atas kepala Alor. Di bagian ujung atas (bagian utara) menurut informasi terdapat sebuah pantai berpasir putih yang disebut dengan Pantai Batu Putih, ini juga sekaligus nama dari desa di daerah itu.
Sekitar jam dua siang, aku membonceng di belakang motor yang dikendarai Arif, sebuah motor Supra Fit. Motor nyaris celaka saat di pertigaan sebuah kendaraan dinas model bak terbuka mau memaksa masuk ke kiri padahal motor kami ada disisi itu. Untung Arif sedikit lebih cepat sebelum bagian belakang tersenggol mobil itu.
![]() |
Suasana pagi di pantai Kadelang |
Di daerah Maimol, kami sempat berhenti sebentar untuk mampir di pantai yang merupakan kawasan nelayan. Walaupun kawasan nelayan, pantai Maimol biasa menjadi salah satu tujuan masyarakat Alor menghabiskan akhir minggu. Namun sekarang pantai itu masih sepi karena bukan hari libur. Sambil makan jagung rebus (jagung pulut) yang masih muda dan rasanya manis, kami duduk-duduk di sebuah tempat bersantai dari bambu perpenopang kayu yang dibangun di pinggir pantai. Suasananya cukup dingin karena di sekeliling lokasi dipenuhi pepohonan yang rindang. Pantai Maimol ini menghadap timur jadi lebih pas untuk melihat matahari terbit.
![]() |
Percakapan pagi di depan pasar Kadelang |
![]() |
Pagi membawa di pantai Mali |
Di percabangan depan arah masuk bandara, Arif membelokkan kendaraan ke arah kiri yang langsung disambut dengan jalan menanjak ke atas bukit. Dari atas ini tampak jelas landasan bandara Mali yang sedang direnovasi dan ditambahkan panjangnya.
Jalanan yang sampai Mali mulus berubah menjadi jalan yang agak kurang mulus setelah melewati belokan tadi. Memang masih berupa jalan aspal, namun sebagian telah terkelupas meyisakan jalan berbatu dan sebagian lagi membentuk lubang-lubang kecil. Namun kondisi ini masih cukup baik untuk di lewati. Kami sampai di pantai Deere, pantai yang dulu sekali pernah aku kunjungi. Sayang sampai di depan sekolah dimana terdapat pantai berpasir putih telah dihalangi viewnya dengan beton memanjang. Sepertinya beton ini juga digunakan untuk penahan abrasi pantai, efeknya pantai Deere jadi tampak pendek karena terpotong memanjang seperti itu. Lagi-lagi aku menemukan bagaimana proyek-proyek pemerintah yang terkesan dibangun begitu saja tanpa perencanaan jelas. Padahal jelas pantai Deere ini sangat bagus, berpasir putih dan sangat halus. Jika tanpa penghalang seperti ini dan ditata, pasir putih di pantai ini akan terlihat sangat panjang dan lapang.
![]() |
Suasana siang hari di pantai Deere |
Setelah beberapa saat menelusuri pantai ini, aku dan Arief kembali mengendarai kendaraan ke arah barat dari sisi utara.
![]() |
Pohon bakau di kawasan tanjung Deere |
![]() |
Pantai Batu Putih dengan pepohonan yang menguning |
Nah kegiatan sore di pantai ini adalah mencari kulit kerang. Jika Arif lebih sering mencari kulit kerang/keong yang berbentuk memanjang, maka aku lebih tertarik mengumpulkan tutup kerang jenis moluska yang berbentuk seperti parabola tapi padat.Mungkin karena perairan di daerah ini bersih sehingga warna-warna kulit kerang dan moluska masih tampak bagus dan tidak kusam.
Karena sejak datang sudah mendekati senja, aku dan Arief memutuskan untuk pulang setelah gelap. Beberapa penduduk kampung pria sempat aku lihat bermain voli dari kejauhan.
Sebenarnya ceritaku ini adalah perjalanan kedua, karena di hari pertama justru aku melakukan perjalanan